Rabu, September 23, 2009
Banyak Ibu rumah tangga yang sering sekali menerapkan kebiasaan ini, termasuk nyokap gue. kadang gue bingung dan heran kenapa sih nyokap gue seneeeeng banget nyimpen makanan dalem kulkas terus dipanasin lagi panasin lagi berulang ulang, huaaaa. jujur gue rada rada ilfeel banget sama kelakuan kaya gitu. bukan nyokap gue aja, tapi yaa yang suka menghangatkan masakan berkali kali kayak gitu. emang disangka tuh makanan masih ada gizinya apa? Gizi makanan itu kan hanya ada pas hari-H nya masakan itu dimasak! di suatu negara aja kebiasaan kaya gini mulai dihindari karena dianggap tidak menyehatkan. maka dari itu gue berharap banget mulai sekarang sebisa mungkin sih hindari menghangatkan masakan berkali kali atau sering.
Waktu gue lagi browsing internet gue menemukan suatu artikel bagus tentang KEBIASAAN MENGHANGATKAN MAKANAN, dan berikut adalah cuplikan artikelnya:
Lemak Tak Jenuh pun Jadi Kolesterol
Minggu, 23 Agustus 2009 | |
UNTUK menghemat waktu dan tenaga, banyak yang memilih sekali memasak untuk seharian. Tinggal dihangatkan lagi, masakan pun siap disantap pada jam makan berikutnya. Bahkan, bila masakan hari ini tidak habis, banyak yang menyimpannya di kulkas agar bisa dipanasi dan dinikmati lagi besok. Kebiasaan menghangatkan masakan seperti itu ternyata tidak baik untuk kesehatan. Apalagi, bila masakan sengaja diinapkan atau diblendrang (seperti rawon, soto, dan lodeh) agar rasanya lebih nikmat. ''Jangan terlalu sering menikmati masakan yang telah dipanaskan berkali-kali. Itu bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah,'' kata Eny Sayuningsih SKM MKes. Kepala Instalasi Gizi RSU Haji Surabaya itu mencontohkan sayur lodeh. Dalam lodeh terdapat santan yang merupakan lemak tak jenuh. Namun, bila terlalu sering dipanaskan, lemak tak jenuh yang berbentuk rantai panjang akan terpotong-potong menjadi rantai yang lebih pendek. Rantai lebih pendek itulah yang merupakan lemak jenuh atau kolesterol. ''Makin sering dipanaskan, rantai molekul masakan yang terpotong juga makin banyak. Akibatnya, kandungan kolesterol dalam masakan tersebut juga makin tinggi,'' papar Eny. Hal yang sama berlaku pada masakan rawon dan soto. Saat memasak rawon, ibu-ibu biasa menggunakan daging sapi berlemak. Lemak pada daging itu juga tidak baik untuk kesehatan karena termasuk lemak jenuh. ''Bila rawon sering dihangatkan, kandungan lemak jenuh dalam masakan tersebut akan bertambah,'' terang Eny. Di sisi lain, lemak memberikan rasa gurih pada masakan. Karena itu, makin sering dihangatkan, masakan jadi terasa lebih enak. Menurut Eny, hal tersebut harus dihindari ibu-ibu saat memasak. ''Rasa nikmat dan gurih sebaiknya didapat dari perpaduan bumbu, bukan dengan menginapkan masakan. Hindari pula sering menghangatkan masakan karena sayang bila masakan tersebut dibuang,'' tambah Eny. Selain kandungan kolesterol jahatnya meningkat, pada masakan yang sering dihangatkan tak banyak lagi vitamin dan mineral yang bisa diambil tubuh. Eny menyatakan, kandungan vitamin dan mineral akan hilang karena pemanasan atau pengolahan masakan. Misalnya, ketika diiris tipis atau direndam. ''Yang tinggal hanya serat. Itu pun jumlahnya sangat sedikit,'' terangnya. Agar tak menjadi sumber penyakit, Eny menyarankan memasak untuk sehari saja. Artinya, memasak dengan porsi cukup untuk sehari. Disarankan pula agar masakan tidak diblendrang atau diinapkan. ''Dengan masak untuk sehari saja, bahan masakannya masih segar, sehingga tubuh mendapat tambahan nutrisi dari masakan tersebut,'' lanjutnya. Kalau masakan yang tersisa hari ini mau dinikmati lagi, dianjurkan membuang lemaknya. Dalam kondisi dingin, lemak mengumpul di atas kuah. ''Ambil lemak yang mengambang itu pelan-pelan, lalu buang,'' katanya. Setelah itu, masakan baru dinikmati. (Source: http://batampos.co.id/Kolom/Bugar/Lemak_Tak_Jenuh_pun_Jadi_Kolesterol.html) Nah gimana readers?? Semoga postingan ini dapat membantu ya.. aminn... :) Jagalah pola makan dan makanan yang kita makan, karena apa yang masuk kedalam tubuh kita sangat berpengaruh untuk kesehatan tubuh.. ;D |
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar